[Chapter 4] I like you (난 니가 좋아)

Title: I like you ( 니가 좋아)

Written by : Heeshin & Ginger (click to visit Ginger’s room ^^)

Genre : Romance, Comedy

Cast(s):

  • Kim Yugyeom
  • Baek Yerin
  • Park Jimin
  • Lee Sunmi (as Kim Sunmi)
  • Kunpimook Bhuwakul
  • Choi Youngjae
  • Mark Tuan

-Four-

‘yerinb started following you’

Dia mulai mengeluarkan tawa tersendat-sendat lalu menarik nafas dan akhirnya berkata dengan keras,

“Assaaa!!!!” Lalu meninju udara dengan ponsel di genggamannya. Gayanya seperti habis melihat tim Nasional Sepak Bola Korea berhasil mencetak gol di pertandingan Piala Dunia kemarin. Hatinya berbuncah dan sesuatu dalam dadanya mulai bangkit lalu menemburkan kupu-kupu serta bunga-bunga hingga ke dasar perutnya. Dan mungkin akan terus begitu kalau tidak ada nenek yang tinggal di ujung gang, tengah berjalan melewati Yugyeom lalu melihatnya seperti anak itu tengah kerasukan.

Jadi Yugyeom lalu cepat-cepat membungkuk lalu berkata selamat malam dan kabur ke dalam rumah. Hanya saja, senyumnya yang tak turun membuat Ayah dan Ibu masih mengerutkan kening, ingin tahu apa sih yang membuat anak bungsunya begitu gelisah, dan senang seperti itu. Mengingatkan mereka pada Sunmi yang selalu moody kalau sedang datang bulan.

Dan sebagai mata-mata orang tua yang baik, Sunmi berhasil tahu apa yang membuat adiknya seperti minum ramuan Felix Felicis yang membuatnya merasa beruntung, hingga kalau mungkin gadis yang umurnya lebih tua lima tahun dari Yugyeom itu harus menghentikan adiknya untuk terjun dari balkon kamar karena merasa akan baik-baik saja, Sunmi tidak keberatan. Maksudnya, lihat wajah Yugyeom sekarang.

“Hanya karena Yerin menekan tombol follow di instagrammu?” Kata Sunmi menunjuk profil Yerin di layar ponsel Yugyeom. Hebatnya anak itu tak bersuara, dengan senyum yang merobek, ia mengangguk senang. Sunmi lalu tertawa putus asa, sekaligus prihatin.

“Bagaimana kalu dia juga tidak sengaja memencet tombol itu sama sepertimu tidak sengaja memberi hati di postingan Yerin?”

“Aku benci noona.” Kata Yugyeom dengan wajah yang langsung menjadi datar.

“Ya.” Kata Sunmi menarik nafas lalu duduk di samping Yugyeom, “dengarkan aku ya. Kalau kau begini terus, Yerin itu tak akan tahu kehadiranmu.”

“Dia tahu kok!” Sergah Yugyeom, “dia tahu aku teman sekelasnya. Dia tahu aku tetangganya. Dia… Dia tahu aku ada!”

“Tentu saja! Memang dia itu kau yang tak tahu kalau dia hidup di sampingmu selama bertahun-tahun?” Kata Sunmi menyentil kening Yugyeom. Sekali lagi, gadis yang lebih tua itu menghembuskan nafas, “bukan seperti itu maksudku, tapi lebih kepada Yerin tak akan tahu kehadiranmu, perasaanmu, kepadanya, kalau kau hanya memperlakukannya seperti biasa macam begini.”

Diam sebentar, anak paling muda di keluarga Kim itu mengerutkan kening.

“Lalu?”

Do something, paboya!” Kata Sunmi berkacak pinggang, “seperti rumus fisika yang kuajarkan kau kemarin! Hukum aksi-reaksi. Kalau kau kasih dia aksi, akan ada reaksi! Jangan diam saja! Sampai kodok bisa berubah jadi pangeran pun kau takkan mendapatkan Yerin!”

Dipikir-pikir ucapan Sunmi noona memang ada benarnya. Kalau Yugyeom tidak melakukan apa-apa dan betah jadi orang bodoh yang pasif begini, tidak akan ada yang nama perkembangan. Apalagi Yerin sudah punya orang yang disuka begitu. Padahal kalau ditilik lagi, jelas Yugyeom yang menang lebih banyak dari si alumni yang disukai Yerin itu. Look, Yugyeom dan Yerin sekelas, mereka tinggal bersebelahan, rute berangkat dan pulang sekolah mereka sama, dan… di kelas juga, letak duduk mereka tak jauh-jauh amat.

Jadi kalau semisal Yugyeom mau melancarkan aksi pendekatan pada Yerin, jalan lebar nan mulus jelas sudah terpampang di depannya bukan?

“Keurae, aku akan…berusaha. Aku akan tunjukkan pada Yerin kalau aku… suka padanya!” tekad Yugyeom dengan tangan terkepal sejajar dengan wajahnya. Ia menoleh ke jendela, menatap jendela kamar Yerin yang lampu utamanya sudah dimatikan lalu tersenyum. Diliriknya Sunmi yang kembali sibuk dengan majalahnya, lalu pelan-pelan ia meluncur turun dari kasur dan berjalan menuju pintu geser yang mengarah ke balkon.

“Mau ngapain? Ini sudah hampir tengah malam loh,” kata Sunmi dengan alis terangkat, penasaran juga dengan apa yang hendak adiknya lakukan setelah mengucap ikrar barusan.

“Aku…mau…bilang pada Yerin, kalau aku suka padanya. Right…now.”

Sunmi membeliak, dengan cepat ia melompat turun dari kasur Yugyeom sambil menggulung majalahnya yang tak salah apa-apa, lalu begitu tiba di hadapan Yugyeom ia hantamkan gulungan majalahnya ke kepala Yugyeom tanpa perhitungan lebih dulu.

“KAU MAU BIKIN HEBOH SATU KOMPLEKS? BUKAN BEGINI CARANYA! KENAPA KAU BODOH SEKALI SIH KIM YUGYEOOOMMMM!”

Karena tak bisa hal semacam itu, maka Yugyeom mengurungkan niatnya dengan Sunmi yang sudah memijat mijat kening karena antara rasa bodoh, jatuh cinta dan polos milik Yugyeom itu ternyata hanya terpisahkan oleh kulit ari buah salak. Sangat tipis dan susah untuk membedakannya.

Maka Yugyeom menyusun rencana.

Sudah beruntung di follow oleh Yerin, maka ia mengambil langkah nyata. Dengan terang-terangan mengajak ngobrol Yerin saat mereka bertemu di lorong loker sekolah, atau perjalanan mau ke kantin, atau Yugyeom akan berpura-pura tidak sengaja bertemu dengannya di perpustakaan–karena aslinya dia memang mengikuti Yerin kalau ada kesempatan. Dan sekaligus, tak menghiraukan tatapan dan lirikan beringas Jimin kalau dia berani mengajak barang hanya berbincang saja pada Yerin di depannya.

Setelah Yerin pergi, biasanya Yugyeom akan melemparkan senyum kemenangan ke pandangan Jimin.

Butuh beberapa hari, akhirnya Yugyeom berani untuk menekan tombol follow ke akun Yerin. Itu juga harus berulang kali mengambil nafas mirip meditasi selama lima belas menit sebelum menata pikirannya untuk log in ke akun instagramnya. Meskipun Sunmi mengejeknya habis-habisan, tapi dia tetap tidak peduli, yang penting dia sudah sudah berani mengambil langkah.

Tak selang beberapa hari kemudian, dia baru berani terang-terangan menekan tombol heart (kali ini bukan kecelakaan), tapi ke postingan Instagram Yerin yang terbaru. Pun begitu juga dengan Yerin, walaupun tak sesering Yugyeom untuk acara kasih hati di dunia maya, yang penting sudah ada feedback yang berarti dari gadis itu. Lalu setelahnya, meninggalkan pesan, dan saling bertukar kata lewat komentar.

Dunia terasa lebih ringan untuk Kim Yugyeom, tapi sekaligus menjadi lingkungan paling mengancam untuknya. Dia tak ada rencana untuk memberi tahu siapapun, meskipun Kunpimook sudah curiga kenapa dia dan Yerin akhir-akhir minggu ini ini dekat sekali. Berdalih karena perasaan bersalahnya tak tahu Yerin adalah tetangganya padahal mereka satu kelas, alasan itu membuat Kunpimook percaya meskipun tak jarang dia melemparkan pandangan curiga pada Yugyeom ketika anak tinggi itu ketahuan tengah melirik atau memandang Yerin dari jauh.

Tapi sejauh ini, yang jelas-jelas menunjukkan perlawanan adalah Park Jimin. Musuh bebuyutan–atau mungkin memang dikehidupan sebelumnya, Park Jimin adalah seorang laki-laki yang dijodohkan dengan Yerin di kehidupan sebelumnya dan Yugyeom adalah seorang pendekar yang berusaha mati-matian merebut cinta sang putri… Duyung–dan tak akan pernah terganti kecuali sesuatu yang besar terjadi antara Yugyeom dan Jimin. Berulang kali, bahkan setiap waktu, ketika Yugyeom sudah berada di radius satu meter dari Yerin, kalau tidak Jimin menariknya pergi dari tempat itu, dia akan berdiri di samping Yerin dan menahan Yugyeom dekat satu inci lagi dengan Yerin.

Tak jarang, Yugyeom harus bicara pada Yerin langsung dengan Jimin diantara mereka. Sebenernya itu tontonan setengah lucu karena tinggi Yugyeom dan Yerin menenggelamkan Jimin yang hanya sebatas pundak mereka.

Hingga pada akhirnya. Di sebuah Sabtu pagi yang cerah, Kim Yugyeom, berjalan ke rumah keluarga Baek Yerin, dengan maksud mengajaknya keluar jalan-jalan hari ini.

Dengan nafas yang tersendat, Yugyeom mendorong pelan pintu gerbang rumah Yerin dan terlonjak kaget ketika mendapati Nyonya Baek berdiri tak begitu jauh di depannya dengan gunting rumput besar di tangannya. Ya Tuhan, Yugyeom cuma mau ajak puterinya jalan-jalan sebentar, bukan mau ngajak tawuran dan sebagainya padahal. Tapi kenapa ia harus disambut dengan gunting rumput seperti ini. Tidak bisa menutupi muka syoknya lagi, Yugyeom beringsut mundur ketika Nyonya Baek melangkah kearahnya dengan senyum lebar dan gunting rumputnya.

“Oh astaga, aku menakutimu ya. Aduh maaf.” Tersadar kalau benda di tangannya sekarang bikin si anak tetangga pucat pasi, Nyonya Baek meringis minta maaf lalu meletakkan gunting rumputnya ke meja kecil di taman, bersebelahan dengan watering pot berwarna putih. “aku sedang mengurus tanaman, biasalah…mumpung libur,” katanya lagi menenangkan Yugyeom yang bahkan tak berkedip sejak tadi. Sambil melepas sarung tangan berkebunnya, wanita paruh baya berparas rupawan ini kemudian mempersilahkan Yugyeom untuk duduk di bangku taman, sembari menunggu Yerin keluar.

“Memang Yugyeom mau ajak Yerin kemana?” tanya Nyonya Baek hangat lalu duduk di samping Yugyeom yang kelihatan kikuk.

“Mau…itu, minta bantuan Yerin memilih kado untuk ulang tahun Sunmi noona,” jawab Yugyeom sambil mengangguk-angguk. Tak begitu lama menghabiskan waktu dengan Nyonya Baek yang cara tersenyumnya persis Yerin, akhirnya yang ditunggu Yugyeom keluar juga. Seperti biasa, kapan sih Yerin tidak bikin Yugyeom berdebar lantas wajahnya bersemu hingga kupingnya ikutan merah?

Jadi gadis itu hanya mengenakan terusan bermotif bunga dengan gaya vintage lalu di dobel dengan coat hitam, juga boots yang sewarna dengan  coatnya hari ini. Tapi Yugyeom melihatnya seperti gadis itu tengah dalam balutan gaun pengantin. Cantik…cantik sekali dan dada Yugyeom kembang kempis rasanya.

“Yugyeom?” panggil Yerin dengan kepala dimiringkan, karena sang tetangga merangkap teman sekelasnya ini mendadak jadi patung.

………………………………………………….

“Jadi, mau beli apa untuk kakakmu?” Yerin menoleh, agak mendongak juga agar bisa bertemu pandang dengan Yugyeom.

Yugyeom melirik, astaga Yerin terang-terangan memandangnya sekarang dan itu manis sekali. Dadanya bergemuruh dan sudut bibirnya berkedut menikung senyum dengan sendirinya. Rasanya sejak tadi Yugyeom sering sekali senyum, duh. Jadi sambil menggaruki belakang kepalanya yang sama sekali tak gatal, Yugyeom tampak berpikir sejenak. Pasalnya, ia tak punya jawaban yang tepat atas pertanyaan Yerin tadi. Lagipula tau apa dia soal anak perempuan? Lebih-lebih yang seperti Sunmi noona, yang kelewat cerewet kalau sudah soal asesoris dan make up. Yugyeom jadi bergidik sendiri kalau mengingat bagaimana kakaknya begitu menyayangi barang-barang cantiknya itu.

Yugyeom kemudian mengangkat bahunya, coba-coba memandang Yerin lalu meringis, tanda ia juga tak tahu hendak membeli apa. Yerin tergelak halus, dan darah Yugyeom berdesir mendengarnya.

“Malah ketawa, kan aku mengajakmu karena aku juga tidak tau mau beli apa,” kata Yugyeom setengah menggerutu lalu tubuhnya bergerak diluar kendali, ia menyenggol Yerin pelan sambil tertawa. Tunggu, rasanya lebih rileks sekarang…kalau beberapa menit yang lalu ia didera panik dan gugup yang berlebihan, sekarang Yugyeom justru merasa lebih nyaman. Seolah ia mulai terbiasa dengan Yerin, tanpa harus takut jantungnya melompat keluar atau malah merosot ke lambung.

Ah… musim gugur tahun ini rasanya jadi musim gugur paling indah sepanjang hidup Yugyeom.

“ Iya ya, maaf-maaf.” Yerin ikut tertawa, Ia mengangguk-angguk geli sambil menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Sebenarnya Baek Yerin agak terkejut mendapati dirinya bisa tertawa seperti ini, ketika yang berada di sampingnya bukan Jimin atau mungkin Yien sunbaenim yang kebetulan membalas tatapannya. Dan sepanjang perjalanan menyusuri toko-toko yang berjejeran, muda-mudi itu tak banyak bicara. Hanya bertukar kata beberapa kali, kemudian kembali sibuk dengan pikiran masing-masing.

Dan Yugyeom nyaman-nyaman saja dengan awkward silences yang dibuat Yerin. Fakta bahwa gadis itu memang tak begitu banyak bicara sudah diketahui sejak lama. Sejak mereka berada di kelas yang sama. Makanya kalau ada yang bicara soal Yerin – sebelum kejadian di ruang musik –  Yugyeom paling hanya ber ‘oh’ lalu nyeletuk ‘Yerin yang pendiam itu ya’. Hanya sebatas itu ia tahu Baek Yerin. Baek Yerin yang ternyata tinggal bersebelahan dengannya, Baek Yerin yang pandai menyanyi dan main alat musik, Baek Yerin yang senyumnya manis, Baek Yerin yang sebenarnya hangat, Baek Yerin yang….

Disukai Yugyeom. Dari ujung kepala hingga kaki.

Tak masalah Yerin tak banyak bicara saat bersamanya. Gadis itu sudah mau diajak keluar dan sekarang tengah berjalan bersamanya kali ini saja sudah bikin Yugyeom merasa seperti orang paling beruntung di muka bumi. Lebih beruntung dari yang paling beruntung. Kalau waktu boleh dihentikan sebentar saja, Yugyeom mau melompat-lompat di udara sekarang, teriak sana-sini… pamer pada dunia kalau dia dan Yerin sudah sedekat ini sekarang.

……………………..

“Jadi…,” kata Yerin sambil mengunyah es krim cup di tangannya, dia menoleh pada Yugyeom yang duduk disebelahnya, dan juga sibuk menggigiti wafel, “sebenarnya kau ini niat tidak sih cari kado untuk Sunmi unnie?”

Yugyeom tersedak sebentar. Ia lalu meringis dan menatap Yerin dengan pandangan bodoh. Sah-sah saja kalau Yerin mau bilang begitu, pasalnya, sudah setengah jam mereka putar-putar pusat perbelanjaan ini, tapi hasilnya nihil. Tidak ada kado yang dibeli, atau yang diincar, hanya mereka seperti window shopping saja. Lihat kanan-kiri, tapi tidak ada yang ingin dibeli. Duh, Yugyeom ini juga pikun sekali, meskipun niatnya mengajak ‘kencan terselubung’ paling tidak dia kan harus menutupi penyamarannya. Hanya saja dia harus berterimakasih karena Yerin tak bisa mendengar degup jantungnya.

Karena organ vital itu tak mau berdetak normal setiap Yugyeom melirik Yerin dan mengingat-ingat kalau tetangganya, si suara merdu, sekaligus pencuri hatinya (well, tidak, Yerin terlalu manis disebut pencuri) sekarang tengah berdiri di sampingnya, begitu dekat, hingga anak tinggi itu bisa melihat garis wajah Yerin dengan jelas.

“Sebenarnya aku tak punya bayangan sih,” kata Yugyeom menggaruk belakang kepalanya sambil meringis melihat ujung sepatunya, “maksudku, Sunmi noona itu… Suka sama segala hal. Akhir-akhri ini suka nonton Lord of The Rings lagi, ya masa aku harus bawa-bawa Legolas ke rumah?”

Yerin tertawa lagi, dan Yugyeom tersenyum saat memandangnya. “Masa kau tak tahu, Sunmi unnie itu suka apa? Gelang? Cincin? Atau apalah begitu?”

“Ah, sepatu.” Gumam Yugyeom menatap udara, “dia suka sekali koleksi sepatu. Macam flat shoes gitu deh. Bagaimana menurutmu?”

Yerin mengangguk dan setuju ide Yugyeom barusan. Menghabiskan es krim yang dibelikan oleh pemuda disampingnya itu, kemudian dia baru ikut berdiri dan melangkah lagi, kali ini dengan tujuan, bersama dengan Kim Yugyeom. Iseng, Yerin bertanya pada Yugyeom karena dia sangat penasaran.

“Kau dan kakakmu akur sekali ya?” Tanyanya penasaran. Tapi Yugyeom, dengan kedua tangan masuk ke saku jeansnya hanya mendegus dan menarik satu sudut bibirnya.

“Akur kalau Ibu sudah teriak-teriak.” Jawab Yugyeom, sambil bergidik dan menggelengkan kepala ia melanjutkan, “Sunmi noona itu aneh. Kalau dia minta sesuatu, aku memberinya, selalu tak sesuai. Dia harus melakukannya sendiri. Padahal apa yang dia lakukan itu terkadang malah lebih jelek dari punyaku…. Pokoknya ribet. Anak perempuan itu ribet sekali lah.”

Yugyeom lalu berhenti mengoceh, karena saat dia menoleh pada Yerin, gadis itu mengangkat kedua alisnya.

“T-tapi. Tapi maksudnya anak perempuan macam Sunmi noona! Iya. Jadi semacam dia. Sangat ribet dan merepotkan dan…,” tambahnya terburu-buru, tapi Yerin tak merubah air wajahnya. Yugyeom menghembuskan nafas kalah dan memandang jalan di depannya dengan jengah.

“Jangan tersinggung, tapi Sunmi noona memang begitu orangnya.” Pernyataan ini disambut tawa kecil dari Yerin. Suaranya lembut seperti gemerincing lonceng gereja terkena angin di minggu pagi. Yugyeom tersipu sendiri dan menggaruk tengkuknya salah tingkah.

“Tapi kau sampai begini untuk unnie yang ribet itu.”

“Maksudnya?”

“Iya. Meskipun menyebalkan. Tetap saja, kau rela pagi-pagi keluar dari rumah, dan mencarikan kado untuknya.” Kata Yerin tersenyum tapi tak memandang Yugyeom, “pasti seru punya saudara.”

Yugyeom hanya tersenyum tipis, tak berani menanggapi lebih jauh atau salah-salah dia keceplosan berucap seperti tadi. Tapi wajahnya semakin memerah ketika Yerin berkata,

“Dan mungkin saja akan lebih menyenangkan lagi punya adik manis sepertimu yang mencarikan kado untuk kakaknya!”

Ketika gadis itu berkata demikian, antara senang dan sedih juga karena sebenarnya Yugyeom ini sedang membohonginya terang-terangan, di depan hidung Sunmi noona sendiri. Acara cari kado itu benar-benar kampungan sendiri, tapi mau bagaimana? Pakai alasan belajar bersama untuk bisa kencan berdua sama Yerin? Kan juga tidak mungkin. Bisa-bisa Kunpimook ngamuk kalau tidak diajak belajar, meskipun akhirnya mereka berdua sibuk dengan Xbox-nya Yugyeom, tapi paling tidak, dia dikabari. Kalau cari kado untuk Sunmi noona ‘kan bisa berdalih macam-macam, misalkan di tengah jalan nanti ketemu anak kelas. Atau parahnya, ketemu Park jimin.

Belum lagi ketika Yerin tiba-tiba ikut sibuk dan bersemangat juga cari kado untuk Sunmi noona ini. Yugyeom hanya tersenyum tipis saja melihat Yerin yang bergitu aktifnya melongok kesana kemari dan melihat kiri kanan. Sekaligus membuat Yugyeom semakin tak bisa memecahkan pandangannya darinya.

Hanya saja, apa kira-kira Yerin juga masih akan bersikap seperti itu, ketika (bisa jadi) dia tahu kalau ulang tahun Sunmi noona itu masih enam bulan lagi dan semua acara ‘cari kado’ ini hanya modus semata untuk kencan terselubung bersamanya?

“Yugyeom, ini gimana?” pertanyaan Yerin yang juga tengah memegang sepasang sepatuflat berwarna peach di tangannya, membuat Yugyeom tersentak. Ya ampun, Yerin semangat sekali, Yugyeom mendadak merasa bersalah, tapi sebelah hatinya lagi tengah bersorak-sorai. Kalau tidak begini, kapan lagi dia bisa pergi berdua saja dengan Yerin? Bicara dengan Yerin, melihat dan dengar tawanya tanpa harus diganggu keberadaan Park Jimin si buntelan kentut?

Sambil tersenyum kaku, Yugyeom mengambil sebelah sepatu yang dipegang Yerin. Dipandanginya benda itu beberapa saat lalu mengangguk-angguk setuju. Sebenarnya dia bisa saja langsung bilang iya, dan memanggil si penjaga toko untuk membungkusnya lalu dibayar di kasir. Tapi nanti kesannya Yugyeom tidak seperti benar-benar sedang mencari kado yang tepat buat Sunmi noona.

“Otteyo?” tanya Yerin sekali lagi, kepalanya sedikit dimiringkan dan mendongak pada Yugyeom.

“Iya, ini…cantik!” kata Yugyeom mantap sambil tersenyum. “Cantik sekali…” sambungnya lagi dengan pandangan mengarah malu-malu pada Yerin. Oke, Kim Yugyeom baru salah saja fokus dan Puji Tuhan Yerin tak menyadarinya. Gadis itu hanya menatap senang sepatu yang sudah ia pilih untuk kakak perempuan Yugyeom, lalu tersenyum senang karena Yugyeom setuju dengan pilihannya.

To Be Continued…

One thought on “[Chapter 4] I like you (난 니가 좋아)

Leave a comment