Tak seperti biasanya saat dua pemuda berbeda bangsa ini berada dalam ruang yang sama. Kali ini, tempat tinggal Sehun. Hanya saja sejak tadi justru kesunyian yang meliputi. Keduanya berdiri berhadapan, Sehun menyandar di pinggiran meja makan sementara Tao bertumpu di bak cuci piring. Dua-duanya bungkam, sesekali saling pandang kemudian membuang nafas.
Kejadian mengejutkan tadi malam benar-benar diluar dugaan si tunggal Oh. Rasanya semua bersatu padu menamparnya tadi malam. Junmyeon dan Soo Jung, dua wajah itu muncul di belakang sosok ibunya yang tiba-tiba datang ke tempat tinggalnya.
Dia dikhianati. Begitulah Sehun menyimpulkan sepihak.
Flashback
Sejak tadi ia terus saja berjalan mondar-mandir di depan gerbang masuk gedung tempat tinggalnya yang masuk dalam kelas menengah. Dia menunggu Kungfu Pandanya pulang, apalagi memang. Terkadang ia berargumen dengan dirinya sendiri, kemudian mengumpat begitu melihat waktu yang ditunjukkana arlojinya ditambah Huang Zi Tao yang tak kunjung muncul juga batang hidungnya. Dan diluar sepengetahuan setan putih Oh, sejak ia keluar tadi gerak-geriknya sudah diawasi oleh beberapa pasang mata di balik kaca mobil yang di parkir di belokan pertama tak begitu jauh dari tempatnya berdiri.
Siapa lagi kalau bukan orang-orang dari kubu orang tua Sehun. Dan seperti yang sudah Nyonya Oh putuskan kemarin, ia akan bertandang melihat tempat tinggal puteranya walau tak secara langsung dan terang-terangan. Dan Jung Soo Jung yang duduk di samping Nyonya Oh hanya bisa menunduk meremas lututnya cemas, sesekali ia mencuri pandang ke spion depan, pandangannya bertemu dengan sorot teduh milik Junmyeon. Tapi tetap saja ia tak merasa lebih baik.
Si Huang berisik yang sejak tadi dinanti akhirnya datang juga, ia tampak kewalahan dengan dua kantung plastik berisi coklat dan beberapa kotak kado yang ia sendiri tak mengerti kenapa bisa mendapatkannya. Ini bahkan bukan ulang tahunnya. Baiklah, singkatnya…semenjak aksi memukau Tao tempo hari saat ia menolong Sehun, si Cina yang mulanya dianggap biasa saja oleh para mahasiswi ini mendadak naik pamornya, katakanlah menjadi setara dengan Sehun dan ia sendiri tak menyadari hal itu.
“Kau belanja? Itu kado valentine untukku?” tanya si Korea tengil begitu Tao semakin dekat kearahnya. Tao mengernyit, ah baiklah….ia ingat sekarang, sebentar lagi valentine. Jadi? barang-barang ini adalah kado valentine untuknya begitu? Ia bahkan mendapatkannya lebih cepat.
“Kepalamu. Aku dapat dari gadis-gadis. Bisa bantu bawakan?” cibir Tao kemudian mengangkat lebih tinggi bungkusan di tangan kirinya yang mulai pegal.
“Cium aku dulu baru aku bantu.” goda si setan putih sambil menaikkan sebelah alisnya. Tao mengumpat pelan, lalu mengayun kakinya hendak menendang Sehun namun meleset.
“Kau tidak tahu tempat ya Oh Sehun? Sinting.” gerutu Tao lalu bergegas melewati Sehun dengan wajah memerah. Sehun hanya tertawa kemudian kepalanya menoleh kesana kemari seolah tengah memastikan keadaan dan benar saja, detik berikutnya ia meraup wajah Tao kemudian mengecup bibir manis si Cina bertubi-tubi. Ini kesempatan bagus karena kedua tangan Tao sedang memegang barang, sehingga tak ada perlawanan berarti.
“Beginikah hidupmu Oh Sehun?” suara seorang wanita menginterupsi aktifitas manis Sehun atas Huang Zi Tao. Raut mukanya berubah pias, ia bahkan tak mengerjap. Sulit dipercaya tapi sekarang ibunya muncul di antara mereka, di belakang Tao yang sepertinya masih belum memahami apa yang terjadi.
“Apa yang omoni lakukan disini?” tanya Sehun dingin. Belum cukup ia dibuat terkejut atas kedatangan ibunya, kini muncul lagi dua wajah yang tak pernah ia sangka-sangka.
Jung Soo Jung dan Kim Junmyeon. Saudaranya, setidaknya begitulah Sehun menganggap mereka hingga detik ini.
Nyonya Oh tak menjawab, ia melangkah cepat hingga ketukan heels sepatunya memecah kesunyian. Ditamparnya kuat wajah Sehun berulang-ulang, dan sejurus kemudian tangisnya mulai terdengar namun tangannya tak berhenti memukuli Sehun yang diam tak melawan.
Tao yang melihat kejadian tersebut rupanya tak bisa tinggal diam, ditangkapnya cepat pergelangan tangan Nyonya Oh dan masa bodoh dengan kado-kado konyol yang terhempas ke tanah.
“Hen…tikan. Kumohon.” pinta Tao dengan nafas tersengal. Nyonya Oh beralih menatap Tao dengan airmata berlinang kemudian menyentak kasar tangannya hingga terlepas dari genggaman Tao.
“Kau sudah menghancurkan puteraku.” geram wanita itu penuh murka. Tao tak dapat menjawab. Sementara Soo Jung yang berdiri di belakang Nyonya Oh hanya bisa menekap bibirnya menahan tangis dengan Junmyeon yang merangkulnya sedih.
“Jangan bicara sembarangan. Sebelum bertemu dengannya, aku memang sudah hancur.” Sehun kemudian buka suara. Tatapan tajamnya menghunus ibunya langsung kemudian beralih ke Junmyeon dan Soo Jung sebelum akhirnya ia dengan tak acuh menggandeng Tao masuk.
End Of Flashback.
“Mianhae.” permintaan maaf Tao memecah keheningan. Sehun mengangkat wajah, menatap si Kungfu Panda datar.
“Kau bahkan tak salah apapun.” jawab Sehun sembari tersenyum tipis kemudian mengucap puncak kepala Tao. Baru saja ia menegakkan badan hendak memeluk Tao, tiba-tiba ponselnya berdering dan ia tahu betul siapa penelfonnya.
“Yeoboseyo.” sapa Sehun datar.
“Tinggalkan hidupmu yang sekarang atau kami akan mencabut beasiswa teman Cina mu itu.”
Sehun terdiam. Ia menatap Tao yang berada di depannya dan sebelah tangannya mengepal kuat. Brengsek, brengsek, brengsek. Ia mengumpat dalam hati.
“Pulanglah ke rumah sekarang, kita harus bicara.”
Sambungan terputus, tangan Sehun menggantung lemas di samping tubuhnya, ia terdengar menghela nafas berkali-kali dan tatapannya kosong.
“Aku, harus bertemu orang tuaku sekarang.” papar Sehun setelah berdeham beberapa kali. Tanpa memandang Tao, si kulit susu ini kemudian berbalik, menyambar jaketnya dari gantungan dan mengenakannya tergesa disela langkahnya menuju pintu depan.
Dan sebelum Sehun membuka pintu, Tao tiba-tiba menarik pundak Sehun, menghempaskan tubuh ramping itu ke dinding kemudian menghimpitnya dengan tubuhnya sendiri sebelum akhirnya bibirnya melahap cepat bibir Sehun. Ia terus melumat bibir yang biasanya selalu menjadi pemulai cumbuan itu sementara kedua tangannya mencengkram kuat kerah jaket Sehun lalu beralih ke tengkuk si setan putih dan menekannya seduktif.
“Aku mencintaimu Tao.” geram Sehun saat Tao menjauhkan bibirnya mencari oksigen. Nafas mereka saling berkejaran belum lagi dengan detak jantung yang sama-sama mendadak brutal.
Huang Zi Tao menatap lekat manik mata Sehun yang berada persis di depannya, seolah mengatakan betapa ia bisa gila jika setan putih ini tak bersamanya. Dan sepertinya Oh Sehun menangkap makna tatapannya karena selanjutnya, bibir mereka kembali bertaut, saling mencumbu penuh cinta hingga akhirnya sampailah dimana kontak memabukkan itu benar-benar harus di akhiri.
“Aku pergi dulu.” pamit Sehun sambil mengecup dalam kening Tao lalu mulai membuka pintu dan menghilang dari baliknya. Sepeninggal Sehun, Tao hanya bersandar lemas di dinding dekat pintu masuk, sebelah tangannya mengacak frustasi rambutnya sendiri lalu turun mengusap wajahnya kasar. Pelan-pelan ia mendudukkan diri di lantai, masih di tempat yang sama kemudian menekuk lutut dan di dekapnya rapat. Wajahnya menunduk ia sembunyikan diantara lengan, sementara pundaknya bergetar pelan seiring dengan isakan lirih yang mulai terdengar.
Fin