Special Guest: Kim Jong In, Lee Joon, Kim Myungsoo, Lee Gikwang, Taeyang
Kim Jong In meringis, tidak tahu hendak melakukan apa dengan stik bisbol di tangannya ini, sementara di depan sana Nonanya melempar tatapan beringas.
“Kau pikir bisa kabur begitu cepat hah?” Myungsoo maju selangkah, ia melakukan improvisasi dengan menendang Baekhyun yang memunggunginya karena tengah melepas ikatan di kaki Soo Ji, ke samping. Pria itu terjerembab, tubuhnya menghantam sebuah rak tinggi dari kayu dan…
Bruaakkk
Benda itu ambruk, menimpa tubuh Baekhyun begitu saja. Semua mata yang ada di ruangan itu mengarah pada si malang Byun.
Kim Myungsoo menelan ludah, wajahnya memucat. Sama halnya dengan Kim Jong In yang refleks mundur selangkah saat tatapan ‘apa yang kalian lakukan’ dari Soo Ji menyambar mereka.
“KENAPA DIAM SAJA! SELAMATKAN DIA BODOH!”
……………………….
“Tulang belakangnya ada yang retak. Dia harus dirawat untuk beberapa waktu.” terang Dokter muda yang di nametagnya tertera nama ‘Kris Wu’ itu pada Soo Ji.
Tak ada jawaban dari Soo Ji, ia tampak gusar dan sesekali iris hitam tajam itu mengarah bengis pada Myungsoo, penyebab utama kecelakaan ini.
“Dia, sudah sadar?” tanya Soo Ji kemudian. Dokter Wu mengedikkan bahunya santai.
“Belum sih, tapi kalau anda mau menemaninya, silahkan.” sang Dokter menjawab santai sambil membenahi letak kacamatanya. Setelah melempar senyum tipis, pria bertubuh jangkung itu membungkuk pamit pergi, meninggalkan Soo Ji dan para anak buahnya.
“N..Nona, aku siap dihukum.” sungut Myungsoo lalu berdiri menghadap Soo Ji dengan wajah pasrah.
“Memangnya apa yang dia lakukan?” bisik Jaebum pada Jong In yang kebetulan berdiri di sampingnya.
“Itu Hyung, dia kelewatan berimprovisasi sepertinya.” balas Jong In sama berbisik. Jaebum hanya mengangguk-angguk.
“Kalian, pulang saja sana. Berkumpul disini apa tidak terlalu mencolok?” cetus Soo Ji datar. Benar saja, beberapa pengunjung Rumah Sakit yang kebetulan melintas tampak tak nyaman saat melihat gerombolan pria tegap yang kebanyakan dari mereka mengenakan jas hitam.
“Tapi nanti Nona sendirian…” Lee Joon menyahut dan disambut anggukan serempak teman-temannya.
“Pulang.” Soo Ji mendelik. delapan orang pria di sampingnya tertunduk bersamaan, lalu satu persatu melangkah pergi setelah berpamitan.
Sekarang tinggalah ia sendirian di lorong rumah sakit. Soo Ji bersedekap, menyandar sebentar di tembok lalu menghela nafas panjang. Dia benci rumah sakit, dia sebenarnya tak pernah mau menginjak tempat ini apapun alasannya. Dan ini adalah yang pertama kalinya Park Soo Ji berada di rumah sakit sejak beberapa tahun yang lalu saat ia masih kecil dan dengan rutin mengunjungi sang ibu bersama ayahnya.
Dia benci rumah sakit karena atmosfernya membuat ia kembali teringat pada masa-masa memilukan itu. Masa dimana ketika ia dan sang ayah menjadi saksi perjuangan terakhir wanita nomer satu bagi keduanya dalam melawan kanker.
Saat itu pula, seorang Park Soo Ji terakhir kali meneteskan air mata. Sejak itu ia bersumpah, takkan meneteskan air mata lagi. Dan jika ia menangis lagi, maka orang yg sudah membuatnya menangis itu adalah orang yang ia cintai hampir seperti ia mencintai ibunya. Sekali lagi ia menghela nafas panjang lalu menegakkan badan dan memasuki kamar tempat Byun Baekhyun dirawat.
Kelopak matanya berkedut saat indera pendengarnya menangkap suara langkah yang mendekat kemudian disambung dengan sesuatu yang diseret dan beradu dengan permukaan lantai. Perlahan, Byun Baekhyun membuka mata, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Park Soo Ji.
“Hei, gwenchana?” mata indah itu mengarah cemas pada Baekhyun yang tengah meringis.
“Ne, kau send- akh!” ucapan Baekhyun dipotong oleh erangannya sendiri. Rasa sakit luar biasa tiba-tiba menyerang sekitaran punggungnya saat ia berusaha bangun. Hal itu membuat Soo Ji dengan sigap menahan tubuh Baekhyun lalu meletakkan bantal di belakang punggung pria itu.
“Tulang punggungmu retak, kau harus hati-hati Baekhyun-ssi…” terang Soo Ji pelan. Rasanya tidak tenang melihat keadaan Baekhyun seperti ini. Bukan hanya karena merasa bersalah, tapi ia juga cemas. Iya, dia mencemaskan pria aneh ini.
“Soo Ji-ssi, kau baik-baik saja kan?” tanpa sadar Baekhyun menggapai tangan Soo Ji yang terasa dingin.
Soo Ji terhenyak, Byun Baekhyun ini… Dalam keadaan seperti itu masih memikirkan dirinya. Pria ini benar benar…
“Mm, nan gwenchana.”
Baekhyun tersenyum tipis mendengar jawaban Soo Ji, nyeri di punggungnya yang masih berdenyut mendadak tak terasa lagi. Tangannya menggenggam lembut tangan Soo Ji, dia bersyukur… Sangat bersyukur.
Dia terdiam, tangan hangat itu menggenggam tangannya sekarang. Hanya tangan padahal, tapi itu sudah menciptakan pancaran hangat tersendiri hingga ke relungnya. Perlahan, Soo Ji membalas genggaman Baekhyun. Ia menatap Baekhyun lurus, lama-lama matanya terasa panas, tenggorokannya tercekat, dan hidungnya nyeri.
Buram, sosok Baekhyun mulai tak tampak di pandangannya. Airmatanya sudah menggenang, dengan cepat Soo Ji menundukkan wajah sementara tangannya masih bertaut dengan tangan Baekhyun.
Park Soo Ji menangis… Menangis karena Byun Baekhyun.
“A, keuge… S-Soo Ji-ssi, waeguraeyo? Ada yang sakit kah?”
“Ani, kurasa mataku kemasukan debu.”
I Think I Wanna Marry U
“Bukankah sudah diperingatkan untuk tidak melukai dia?!” Park Jin Young menghentak kasar permukaan meja dengan tangannya. Membuat delapan orang anak buahnya tersentak bersamaan. Semuanya menunduk, tak ada yang berani beradu pandang dengan sang Ketua.
“A-aku terlalu bersemangat Bos…” rutuk Myungsoo sambil mengusap tengkuknya.
“Ck haaah, sudahlah. Moodku sedang bagus hari ini. Kalian pergi saja sana…” Park Jin Young mengibaskan tangannya malas, namun para anak buahnya masih bertahan disana.
“Kalian kenapa?” ia mengedikkan dagunya dengan wajah heran.
“Tapi kami sudah membuat Nona marah.” Jong In angkat bicara, ia tampak saling bertukar pandang dengan para rekannya.
“Nona begitu panik, dia cemas sekali. Kami tak pernah melihatnya seperti itu.” sambung Gikwang yang pipinya memar. Park Jin Young justru tersenyum.
“Kalau begitu, dia memang mencintai pria itu. Sudah pergi sana, kalian pergi minum saja atau apalah terserah.”
Myungsoo dan yang lainnya sempat ternganga lalu saling melempar tawa tertahan kemudian satu persatu melangkah keluar.
“Yeobo, kau kah yang mengirim pria itu? Kuharap dia bisa membahagiakan puteri kita.” gumam Jin Young pada potret mendiang istrinya yang tengah mendekap Soo Ji kecil.
…………………………..
Baiklah, tiga hari ini tidak ada lagi rutinitas membosankan yang dijalani Byun Baekhyun seperti sebelumnya. Malah rasanya lebih menyenangkan, tidak ada lagi yang namanya berhadapan dengan laporan neraca, mendengar bisingnya suara mesin fotokopi, juga menghadapi Lee Jinki yang cerewet.
Dan yang perlu digaris bawahi adalah, ia jadi semakin dekat dengan Park Soo Ji-nya.
“Soo Ji-ssi, aku jadi merepotkanmu ya?” tanya Baekhyun sambil meringis pada Soo Ji yang sedang mendorong kursi rodanya menyusuri lorong rumah sakit menuju taman.
“Ish, kau begini juga karena menyelamatkanku bukan.” sahut Soo Ji berlagak cemberut. Byun Baekhyun mengulum senyum, agak kecewa saat mendengar jawaban Soo Ji, jadi ini hanya balas budi begitu?
“Lagi..pula, mana bisa aku membiarkanmu sendirian di rumah sakit. Kita kan pasangan, sudah semestinya aku menemanimu, Flatbyun.” saat mengucapkan kalimat terakhir, entah kenapa Park Soo Ji memelankan suaranya, wajahnya menunduk dan tampak bersemu. Beruntung Baekhyun tak melihatnya.
Tapi pria itu mendengar jelas apa yang diucapkan Soo Ji. Dan sekarang, wajah Byun Baekhyun sama meronanya dengan Park Soo Ji. Ada sesuatu yang menggelitik di dalam dadanya dan membuat ia terus tersenyum.
Selanjutnya, tak ada yang bicara dari mereka, hingga akhirnya keduanya tiba di taman belakang rumah sakit. Tiga hari rupanya sudah membuat Soo Ji terbiasa, ia dengan cekatan membantu Baekhyun pindah dari kursi roda ke bangku taman lalu duduk bersebelahan.
“Sebenarnya, aku tak pernah mau berada di rumah sakit.” Park Soo Ji memulai topik sambil menghela nafas panjang. Pandangannya menerawang, kemudian terhenti pada seorang pasien wanita yang tengah bercanda dengan puterinya. Ia tersenyum hangat, rasanya seperti disuguhi pemandangan masa lalu.
“Aku benci rumah sakit. Tempat ini merenggut ibuku.” lanjut Soo Ji lagi lalu berdeham pelan. Ia masih betah memandangi wanita pucat yang tengah mendekap puterinya di seberang sana. “Pikiran yang bodoh ya? Haha.”
Baekhyun menoleh pelan, menatap Soo Ji hangat. Tanpa bicara ia meraih tangan Soo Ji lalu menggenggamnya.
“Gomawo, Soo Ji-ssi.” ucap Baekhyun tulus. Kemudian di tengah sejuknya udara pagi di taman itu, di antara kicau burung yang bersahutan, Byun Baekhyun mendaratkan kecupan singkat nan lembut di pipi Soo Ji.
“Uwooooohhh, si Mr. Bean sudah berani cium-ciuum!” heboh Chansung pada dua rekannya. Sejak tadi mereka terus mengawasi Soo Ji dari kejauhan. Dan sekarang, ketiganya tengah bersembunyi di balik semak yang tak begitu jauh dari tempat duduk Soo Ji dan Baekhyun.
“Astaga, ini sungguhan seperti drama.” Jaebum menimpali didukung anggukan kepala oleh Taecyeon yang sedang membidik Nona-nya bersama si Mr. Bean dengan kamera ponsel.
“Bos harus lihat ini.” bisik Taecyeon lalu terkikik senang.
Park Soo Ji mengerjapkan mata lalu menoleh kearah Baekhyun. Pria itu tersenyum, dan entah kenapa senyuman itu terasa seperti magnet bagi Soo Ji yang kemudian ikut menarik kedua sudut bibirnya.
“Baekhyun-ssi, kenapa kau menyukaiku?”
Byun Baekhyun tersentak oleh pertanyaan Soo Ji. Ia mengerling si cantik di sampingnya ini lalu tersenyum.
“Karena sejak pertama kali, kau sudah menunjukkan dirimu yang sebenar-benarnya.” terang Baekhyun dengan tatapan menerawang mengingat pertemuan pertamanya dengan Soo Ji di PC Bang.
“Kau, tidak takut…?” tanya Soo Ji lagi. Baekhyun menggeleng.
“Sama sekali tidak.”
I Think I Wanna Marry U
“Aku sudah sampai, tak perlu dijemput. Aku pulang naik taksi…” celoteh pria jangkung yang tengah melangkah keluar dari gerbang penerbangan internasional itu di ponselnya.
Sejenak setelah memutus pembicaraan, ia menatap layar ponselnya yang menampilkan fotonya dengan seorang gadis cantik berseragam SMU. Senyumnya mengambang, membayangkan bagaimana keadaan gadis di foto itu sekarang, pasti semakin cantik dan tangguh tentunya.
“Oppa kembali, Soo Ji-yah…”