Why…

“Kalau aku di posisi Kyungsoo, aku sih tidak mau lama-lama berkubang di friendzone.” Papar Myungsoo pada Min Ah sambil melempar kaleng kopinya yang sudah kosong ke tempat sampah.

Min Ah menautkan alis, matanya menatap kaleng kopi Myungsoo yang masuk dengan mulus ke tempat sampah di seberang mereka.

“Pria dan Wanita itu tak pernah bisa jadi sahabat.” lanjut sang manajer santai, sekilas ia melirik Min Ah kemudian tersenyum.

“Sunbae ini bicara apa sih.” Min Ah merengut sembari menyeruput kopinya yang belum habis.

“Kau dan Kyungsoo, yakin akan terus bersahabat?” Myungsoo sedikit memiringkan posisi duduknya menghadap Min Ah, menopang wajahnya dengan sebelah tangan yang bertumpu di paha.

“Tentu saja, kami sudah bersahabat sejak kecil.” jawab Min Ah sedikit tersendat tanpa menatap lawan bicaranya.

“Aku tau kau jatuh cinta padanya Bang Min Ah.”

Ucapan Myungsoo barusan terasa seperti tamparan telak bagi Min Ah. Ia skak mat, tak bisa berkutik. Karena itu benar adanya.

Dia, jatuh cinta pada Kyungsoo.

“Dan Kyungsoo bodoh sekali kalau dia tak menyadarinya.” lagi Myungsoo berucap enteng. Sementara Min Ah hanya meliriknya tanpa berkedip.

“Tuh kan, Sunbae suka bicara yang tidak-tidak ih. Kyungsoo dan aku sudah seperti saudara. Rasanya aneh saja kalau sampai ada yang terlibat…perasaan. Haha.” sangkal Min Ah sambil tertawa hampa. Myungsoo mengangkat sebelah alisnya, kemudian mengangguk-anggukan kepala.

“Ya sudah kalau begitu kau jatuh cinta padaku saja ya? Aah, waktu istirahat sudah habis. Ayo kembali bekerja!” dengan tanpa beban, Myungsoo kemudian bangkit dari duduknya, mengacak pelan rambut Min Ah sebelum meninggalkan gadis itu kembali ke ruangannya.

Sementara Myungsoo sudah menghilang dari pandangannya, Min Ah masih duduk termenung. Kejadian tadi malam kembali terulang dan entah kenapa rasanya sakit sekali. Perlahan ia merogoh saku roknya, mengeluarkan ponsel dan berniat mengubungi Kyungsoo untuk meminta maaf.

………….

Park Chorong menatap Kyungsoo dengan kening berkerut samar. Sejak mereka memulai makan siang tadi, pria di depannya ini tak terlihat seperti biasanya. Ia lebih banyak diam (walaupun biasanyapun Kyungsoo memang pendiam) hanya saja kali ini ia seperti orang lain. Tatapannya kosong dan beberapa kali Chorong mendapatinya menghela nafas begitu berat.

“Kyungsoo-ssi, gwenchana?” tanya Chorong cemas. Kyungsoo mengerjap cepat, seolah baru tersadar. Ia mengusap wajahnya beberapa kali kemudian tersenyum kaku.

“Gwenchana. Chorong-ssi, aku ke toilet sebentar ya.” pamit si Do kemudian beranjak dari duduknya. Meninggalkan Chorong sendirian bersama ponselnya yang tergeletak di atas meja.

Belum lama Kyungsoo meninggalkan meja, ponselnya bergetar panjang dan foto Min Ah tampil di layar. Chorong yang berada disitu sudah jelas dapat melihatnya. Perempuan itu hanya menatap ponsel Kyungsoo dalam diam, lalu menoleh kearah Kyungsoo yang sudah berbelok ke toilet, sebenarnya ia bisa saja memanggil Kyungsoo untuk memberitahu kalau ada yang menghubungi ponselnya, hanya saja Chorong justru bertindak sebaliknya. Perlahan tangan Chorong terulur meraih ponsel Kyungsoo yang masih bergetar, kemudian menolak panggilan dari Min Ah.

……………..

Dijauhkannya si ponsel dari telinga, menatap murung layarnya yang menampilkan fotonya bersama Kyungsoo di depan pohon natal di rumah nenek Kyungsoo tahun lalu. Beberapa saat pandangan Min Ah hanya terpaku pada potret menyenangkan itu kemudian menghela nafas panjang dan beranjak dari duduknya, melangkah gontai kembali ke tempatnya bekerja.

Fin

Breakfast

Sepi, tak ada yang berisik pagi ini. Tak ada sapaan heboh dari Bang Min Ah, karena ketika gadis itu terbangun ia langsung melengos menuju kamar mandi, tanpa mengindahkan sedikitpun keberadaan Kyungsoo yang tengah membuat sarapan di dapur.

Kyungsoo pun sama bungkamnya, begitu selesai membuat sarapan si Do itu melirik arlojinya kemudian menurunkan lipatan lengan kemejanya dan menyambar jas yang disampirkan di bahu kursi makan. Dan sebelum berangkat, disempatkannya sejenak untuk menulis sesuatu di sticky note kemudian di tempelkannya di atas meja makan, di samping piring kimbab buatannya.

Bang Min Ah keluar dari kamar mandi tepat setelah pintu depan ditutup tanda Kyungsoo baru saja berangkat. Sejenak ia menghela nafas pendek kemudian menyeret langkah lesu ke dapur. Sebelum menyentuh kimbab buatan Kyungsoo, perhatiannya teralih pada sticky notes berwarna biru yang ditempel tepat di samping piring. Tanpa pikir panjang, Min Ah meraih kertas mungil itu.

‘Makanlah. Tadi malam, maafkan aku.’

Keningnya berkerut samar, dan bibirnya merapat tampak bergetar juga. Diremasnya sticky note dari Kyungsoo tadi kemudian berniat membuangnya ke tempat sampah. Dan begitu kaki Min Ah menginjak tuas pembuka tutup tempat sampah, ia dibuat tercengang sejenak dengan sesuatu di dalamnya.

Mug milik Kyungsoo, berada di sana bersama pecahan Mug miliknya yang sudah ia pecahkan tadi malam. Min Ah menunduk, pundaknya bergetar samar. Perlahan tangannya terangkat mengusap wajahnya.

“Kenapa kau seperti ini Kyungsoo-ya? Aku..jadi semakin mencintaimu, neo arro?”

Fin

There’s Something Wrong With Bang Min Ah

“Aku pulang.” ucap Min Ah lesu sambil mengibas-ngibas rambutnya yang terkena rintik hujan saat ia turun dari mobil Myungsoo menuju teras rumah Kyungsoo.

“O, selamat datang. Kemarilah aku buat susu ginseng.” sahut Kyungsoo dari dapur sambil menyeruput minuman hangat di mugnya dan dijawab gumaman pendek dari Min Ah yang sibuk melepas sepatu.

“Aku pikir kau belum pulang.” celetuk Si Bang cantik setibanya ia di dapur. Diliriknya Mug pink yang bersebelahan dengan Mug biru milik Kyungsoo. Tadinya memang ingin segera meneguk susu hangat itu, tapi tiba-tiba bayangan Chorong yang memakai mugnya pagi itu melintas.

Mendadak jengkel.

“Kenapa diam? Diminum…, nanti dingin.” Kyungsoo menggoyangkan kedua tangannya di depan wajah Min Ah.

“O? Nanti saja Kyungsoo-yah. Aku kenyang.” ucap Min Ah sekenanya kemudian berbalik menjauhi meja makan.

“Tidak mau minum karena mugnya pernah dipakai Chorong? Aku sudah mencucinya Bang Min Ah. bersih.”

Langkah Min Ah terhenti. Ada apa dengan nada bicara Kyungsoo barusan? dia yang berlebihan atau memang terdengar menyebalkan?

“Mworago?” tanya Min Ah kemudian kembali berbalik, menatap Kyungsoo tak terima.

“Jangan kekanakan Bang Min Ah.” jawab Kyungsoo datar. Nafas Min Ah memburu, agak kasar ia kembali melangkah kearah Kyungsoo, meraih mugnya dari atas meja makan kemudian membantingnya ke lantai hingga pecah.

“Kau kenapa?!” intonasi Kyungsoo meninggi, tangannya memegang lengan Min Ah, menatap wajah sahabatnya itu dan kepingan mug yang terserak di lantai diantara genangan susu yang bahkan belum diminum sama sekali.

Tak ada jawaban dari Min Ah, gadis itu hanya menatap Kyungsoo dengan mata berkaca dan dalam sekali kerjapan, airmatanya jatuh bergulir. Kyungsoo terhenyak, ia mendadak tak tau harus bagaimana dan membiarkan Min Ah berlalu meninggalkannya ke kamar.

………………….

Do Kyungsoo berdiri diam di depan pintu kamar Min Ah yang ditutup rapat. Di pandangnya lesu permukaan daun pintu itu kemudian menyandarkan keningnya disana. Min Ah menangis, dan itu karena dirinya. Do Kyungsoo memaki dirinya habis-habisan dalam hati. Selama ini ia tak pernah ingin melihat Min Ah bersedih sedikitpun, tapi lihat apa yang sudah ia perbuat beberapa waktu lalu.

Sementara itu di balik pintu, Bang Min Ah duduk mendekap betis dengan punggung menempel di pintu. Ia bahkan belum mengganti pakaiannya. Gadis itu terisak tanpa jeda. Pikirannya kacau, ia bahkan tak mengerti kenapa harus berbuat seperti tadi. Dirinya yang lain membenarkan, sementara yang satunya justru mencemooh. Benar kata Kyungsoo, sepertinya ia memang kekanakan.

Bang Min Ah yang malang, ia jatuh cinta pada Kyungsoo, dan ia cemburu. Sebenarnya hanya itu kasusnya.

Fin

Kunjungan Park Chorong

Ada yang tak biasa pagi ini saat Min Ah terbangun dari tidurnya. Sayup-sayup ia mendengar suara orang lain di luar kamar, dan sepertinya sedang mengobrol dengan Kyungsoo. Sambil menggulung asal rambut panjangnya, Min Ah meluncur turun dari kasur dan melangkah pincang keluar kamar.

Ada Park Chorong. Dan perempuan itu rupanya tengah memasak bersama Kyungsoo. Tampak akrab satu sama lain. Min Ah berhenti di ruang tengah, menatap pemandangan di depannya dengan tatapan kosong. Ini aneh, aneh sekali…

Biasanya Kyungsoo hanya menampakkan wajah seperti itu saat bersamanya. Kyungsoo hanya tersenyum lebar saat bersamanya. Tapi sekarang, ada orang lain yang juga bisa membuat Kyungsoo tampak demikian. Entah kenapa Min Ah rasanya tidak rela.

“O? Min Ah-ssi, selamat pagi.” sapa Chorong yang pertama kali menyadari kehadiran Min Ah. Ia tersenyum hangat seraya berbalik dari meja pantry, mengangkat mangkuk-mangkuk berisi lauk dan sup untuk diletakkan di atas meja makan.

“O, ne…selamat pagi.” jawab Min Ah kaku. Sejenak pandangannya menumbuk pada Mug berwarna pink yang diletakkan di sudut meja makan. Melihat uap yang mengepul dari dalamnya, sudah jelas ada yang memakai benda itu.

Dan itu miliknya.

“Sana mandi. Kita sarapan.” cetus Kyungsoo yang kemudian menyusul Chorong menata meja. Min Ah masih mematung di tempat yang sama. Ia masih memandang mugnya yang kini ada di tangan Chorong.

“Itu…punyaku.” ucap si Bang tanpa sadar. Chorong dan Kyungsoo saling pandang, hingga akhirnya Chorong menyadari arah pandang Min Ah. Dengan cepat ia menjauhkan Mug tadi dari bibirnya kemudian meletakkannya tergesa di atas meja.

“Ah..mian, aku tidak tahu Min Ah-ssi.” sesal Chorong kemudian sedikit membungkuk.

Min Ah tersentak sendiri, barusan apa yang di lakukannya? Itu kekanakan sekali. Chorong juga pasti tak sengaja memakai Mugnya, lantas kenapa ia harus se kesal ini?

“A..gwenchana. Kalian teruskan saja sarapannya. Aku, aku tidak sarapan. Sudah terlambat ahaha.” jawab Min Ah sambil melirik jam dinding kemudian berlari menuju kamar mandi.

Do Kyungsoo bukan baru sehari dua hari mengenal Bang Min Ah, ia paham betul dengan gelagat yang ditunjukkan Min Ah tadi. Dihelanya nafasnya panjang kemudian meringis meminta maaf pada Chorong yang mengangguk maklum.

Fin

Setelah Min Ah Kencan

Seperti yang sudah ia pamerkan pada Kyungsoo tadi pagi, Min Ah benar-benar pergi menonton dengan Kim Myungsoo sang Sunbae yang saat masih sekolah dulu ia puja setengah mati.

 

 

“Baiklah Sunbae, terimakasih banyak untuk hari ini. Nanti gantian aku yang traktir.” ucap Min Ah kemudian membungkuk sebagai salam perpisahan. Myungsoo hanya tersenyum dengan kedua tangan terselip apik di saku celananya.

 

 

“Kau yakin tak mau kuantar?” Myungsoo bertanya memastikan. Min Ah menggeleng cepat.

 

 

“Arah pulang kita berlawanan Sunbaenim, nanti aku merepotkan.” kata Min Ah sambil membenahi letak tali tasnya. Ia membulatkan bibir saat melihat dari bis yang sudah mendekati halte dari kejauhan.

 

 

“O, bisnya sudah datang. Sampai bertemu besok Sunbaenim. Annyeong!” Si Bang berisik pamit dengan tergesa sambil terus melambai riang pada Myungsoo sebelum akhirnya menaiki Bis yang akan membawanya pulang.

 

 

………………..

 

 

Ia sendiri tak tau kenapa tadi sore tiba-tiba membuat Kimbab padahal sudah jelas Min Ah tak akan makan di rumah. Tapi Kyungsoo mendadak kacau sendiri, dan akhirnya dapur menjadi pelampiasannya. Kini si Do itu duduk termangu menghadap meja makan, menatap sang Kimbab yang belum tersentuh sama sekali.

 

 

Dan saat Kyungsoo beranjak dari meja makan berniat menyimpan Kimbabnya di dalam kulkas, ia dikejutkan dengan deringan ponselnya yang diletakkan di ruang tengah. Dengan segera Kyungsoo meletakkan kembali piring Kimbabnya ke atas meja makan kemudian melesat menuju ruang tengah, menuju ponselnya yang menjerit minta diangkat.

 

 

“O Min Ah-ya, waegurae?” tanya Kyungsoo begitu speaker ponsel sudah didekatkan ke telinganya.

 

 

“Kyungsoo-ya, jemput aku di halte. Aku tak bisa jalan, heelsku patah, aku jatuh…kakiku berdaraaah. Aaaa ottokajiii?” rengekan Min Ah di ujung sana membuat kening Kyungsoo berkerut, masih dengan ponsel yang menempel di telinga, ia berlari kecil menuju pintu keluar.

 

 

“Tunggu disitu.” ucapnya setelah mengunci pintu lalu melesakkan ponsel yang sudah terputus sambungannya ke dalam saku celana.

 

 

 

Sepuluh menit dilewati Kyungsoo dengan berlari menuju halte di depan kompleks tempat tinggalnya dan benar saja, Min Ah disana. Duduk sendirian di salah satu bangku sambil menunduk memandang kakinya.

 

 

“Gwencahana?” tanya Kyungsoo yang mendekat dengan nafas tersengal. Ia terkekeh geli saat melihat wajah memelas Min Ah.

 

 

“Nih, patah. Dan jadi malapetaka.” Min Ah sebelah sepatunya yang sudah patah heelsnya dengan wajah masam kemudian menggedikkan dagu ke tumitnya yang terluka.

 

 

“Siapa suruh pakai sepatu begitu.” bahas Kyungsoo tanpa memandang Min Ah lalu berjongkok di dekat kaki Min Ah, mengangkat pelan telapak kaki Min Ah untuk melihat lukanya.

 

 

“Jatuhnya bagaimana sih? Ini lumayan dalam loh, bisa dijahit.”

 

 

Min Ah terbelalak sementara Kyungsoo tampak biasa-biasa saja.

 

 

“Dijahit?” Si Cantik berisik mengulang ngeri. Kyungsoo mendongak, menatap Min Ah yang kelihatan syok lalu tertawa pelan seraya mencubit pipi bulat sahabatnya yang baru saja ia bodohi.

 

 

“Aku bohong.” jawab Kyungsoo enteng, membuat Min Ah menggeram gemas dengan tangan terkepal. Perlahan, tanpa berucap apapun, Kyungsoo melepas sepatu Min Ah yang masih terpasang di kaki satunya kemudian mengambil pasangannya dari tangan Min Ah.

 

 

“Ayo pulang.” Kyungsoo berbalik memunggungi Min Ah kemudian menepuk bahunya sambil menoleh sekilas, memberi isyarat pada Nona Bang yang heboh ini agar segera naik ke punggungnya.

 

 

Min Ah mengerjap pelan, untuk beberapa saat ia hanya menatap punggung Kyungsoo kemudian tersenyum samar.

 

 

………………..

 

 

“Aku berat tidak?” Min Ah mengintip wajah Kyungsoo melewati pundak pria yang tak terlalu tinggi itu.

 

 

“Iya. Tadi makan apa saja dengan Sunbae?” tanya Kyungsoo sambil melirik, kemudian sesekali ia menghentak pelan tubuh Min Ah untuk membenahi posisi. Mendengar pertanyaan Kyungsoo, Min Ah hanya mencibir lalu dengan sengaja mengeratkan pegangannya di leher Kyungsoo.

 

 

“Bang Min Ah, kau mau membunuhku hah!”

 

 

“Eheheh. Ngomong-ngomong aku tidak makan banyak. Eh Kyungsoo, pulang ini buatkan Kimbab ya?”

 

 

“Aku sudah buat.”

 

 

“Jinjjayo? Kok…bisa?”

 

 

Kyungsoo mendongak, menatap langit yang malam ini kebetulan tak begitu banyak bintang kemudian mengedikkan bahunya santai.

 

 

“Molla, tadi tanpa sadar aku membuatnya.Begitu memikirkanmu, aku malah membuat kimbab.”

 

 

“Mukaku mirip Kimbab memang?”

 

 

“Mungkin. pfft–ya ya! Kenapa menggigit! Bang Min Ah! Ya ya! appeo!”

 

 

 

Fin

There’s Something Wrong With Do Kyungsoo

“Chorong-ssi cantik ya, sepertinya dia baik.” gumam Min Ah begitu selesai berkumur pada Kyungsoo yang masih menggosok giginya di samping Min Ah.

Kyungsoo hanya menggumam dan menyelesaikan kegiatannya. Begitu mulutnya sudah bersih dari pasta gigi barulah ia berucap,

“Dan Myungsoo Sunbae sepertinya masih playboy.” katanya datar sambil mengusap handuk ke sekitar mulut dan dagu. Min Ah mengerucutkan bibir kemudian mencubit perut Kyungsoo.

“Ih apa sih Kyungsoo…, dia bukan playboy.” gerutu si Bang jengkel pada sahabatnya yang tampak tertawa-tawa kemudian melangkah menuju pintu keluar.

“Eh Kyungsoo-ya, ternyata Sunbae yang menggantikan manajer lama di kantorku loh.” Min Ah mengekor langkah Kyungsoo dan mulai mengoceh. Kyungsoo melirik datar dan tak memberikan jawaban apapun. Tapi memang namanya Bang Min Ah, itu bukan masalah baginya. Si Cantik ini terus saja mengoceh, bahkan saat Kyungsoo mulai sibuk menyiapkan sarapan di dapur.

“A, dia mau mengajakku nonton katanya sore ini.”

Gerakan tangan Kyungsoo terhenti saat mengiris jamur, ia menoleh pada Min Ah yang kelihatan begitu riang. Ternyata si Kim itu tak main-main dengan ucapannya tadi malam, batin Kyungsoo. Dan entah kenapa ia tak suka mendengarnya. Tapi melihat Min Ah yang kelihatan begini senang….

“O, bagus. Jangan pakai baju yang aneh-aneh nanti.” lisannya justru mengucapkan hal yang bertolak dengan perasaannya. Kyungsoo mengumpat dalam hati, dia ini kenapa sebenarnya? Bukankah dia yang pernah menyuruh Min Ah untuk berkencan dengan seorang lelaki?

“Memangnya selama ini gaya berpakaianku aneh?” tanya Min Ah kemudian pindah dari belakang Kyungsoo ke samping kanannya.

“Aniya, maksudku jangan berpakaian yang terlalu eung–” jawaban Kyungsoo terputus saat Min Ah tiba-tiba mengacak pelan rambutnya.

“Iya Kyungsoo…iya, aku mengerti.” potong Min Ah yang masih tersenyum lalu meletakkan dagunya di pundak Kyungsoo santai. Di saat yang sama, Kyungsoo menoleh, pandangannya bertemu langsung dengan Min Ah dengan jarak yang terbilang dekat.

Dua pasang mata itu kemudian saling beradu pandang dan nyaris tanpa kedipan. Mendadak Bang Min Ah merasa sulit bernafas dan hal yang sama juga dialami Kyungsoo, namun konyolnya tak seorangpun dari mereka yang bergerak. Pipi Min Ah merona dan Kyungsoo dapat melihat itu.

Apa ini? Kenapa Kyungsoo jadi begini menikmati berada dalam jarak sedekat ini dengan Min Ah? Bukan seperti yang biasanya ia rasa, tapi kali ini seperti pria…pada wanita. Beberapa detik, ia sempat terpikir untuk mencium bibir yang selalu berceloteh tanpa lelah itu, tapi Kyungsoo tak melaksanakannya.

“Sudah sana siap-siap. Kau kerja kan hari ini?” akhirnya Kyungsoo yang memecah keheningan, ie menjauhkan wajahnya kemudian menoleh ke arah lain dan menghela nafas panjang. Diliriknya diam-diam Min Ah yang juga sudah menjauh darinya sambil menyisir poninya sendiri dengan jari.

“Eh iya Kyungsoo,” panggil Min Ah sebelum ia meluncur menuju kamar. Kyungsoo menoleh dengan alis terangkat.

“Menurutmu hari ini aku pakai lipstick yang cerah atau kalem saja? Kalau pakai merah kan, jadi seperti Taylor Swift fufufu.”

Kyungsoo mengedikkan bahunya enteng, tampak memutar bola matanya sejenak untuk berpikir.

“Warna apapun cocok denganmu. Kau tetap cantik kok. Tapi kurasa, merah boleh juga untuk hari ini. Mengingat pagi ini kau begitu berisik.”

Min Ah mencibir mendengar jawaban Kyungsoo lalu sejurus kemudian senyuman manis tergurat di wajah cantiknya. Ia senang saat Kyungsoo memberi usul atas penampilannya.

“Assa! Aku mencintaimu Kyungsoo!”

“Na do.”

“Mwo?”

“Apanya?”

“Kau bilang apa barusan?”

“Tidak ada. Sudah sana cepat, nanti terlambat.”

“Yesseu…captain.”

Fin 

Myungsoo Sunbae

Source: http://loveforl.tistory.com/10

Si Cantik Bang ini menatap kesal vending machine di depannya yang sejak tadi tak jua merilis minuman yang sudah dibelinya. Ia menggerutu sendiri sambil menyelipkan helai rambutnya yang digerai ke belakang telinga.

“Kenapa mesin bobrok begini masih dipertahankan? Apa-apaan perusahaan ini ah jinjja!” omel Min Ah sambil mengipasi wajahnya. Tanpa ia sadari, sepasang mata tengah menatap geli gerak geriknya dari ujung koridor.

“Dia mengganggumu Nona?” sebuah suara menyela omelan Min Ah pada si vending machine yang sudah menyulut emosinya sore ini.

“Iya! mesinnya tidak mau mengeluarkan minumanku, menyebalkan.” jawab Min Ah masih kesal tanpa menatap siapa lawan bicaranya. Ia menghela nafas panjang, kembali menggumamkan hal tak jelas barulah setelah itu kepalanya menoleh.

“O? M-Myungsoo sunbaenim?” kelopak mata Min Ah yang dipoles maskara berwarna kalem itu mengerjap cepat. Yang namanya disebut hanya tersenyum kemudian membungkuk sesaat.

“Oraen mannieyo.” balas Myungsoo sementara Min Ah masih mematung. Pasalnya ia masih tak mengerti kenapa Seniornya saat di SMU dulu ini bisa berada di kantornya sekarang.

“Kenapa Sunbae bisa disini?” tanya Min Ah pelan. Sepertinya ia sudah lupa dengan kopinya tadi.

“Bagaimana kalau kuceritakan sambil minum kopi? lebih baik ke kedainya langsung daripada harus memarahi vending machine bukan?” tawar Kyungsoo masih tersenyum. Min Ah meringis, pipinya merona merah. Myungsoo tentu saja sudah melihat apa yang ia lakukan tadi.

“O-oke.”

……………………..

Kyungsoo tersenyum kecil saat membukakan pintu mobil untuk Chorong kemudian melangkah beriringan menuju kedai kopi yang menjadi tujuan mereka sore ini. Dan saat langkahnya sudah mencapai pintu masuk kedai, fokus Kyungsoo beralih pada sosok yang begitu ia kenali tengah menempati meja yang tak jauh dari pintu masuk.

Bang Min Ah. Dan sepertinya ia tak datang sendirian. Di depannya duduk seorang pria yang sudah jelas hanya tampak punggungnya saja bagi Kyungsoo. Si Do ini tak menyadari kalau langkahnya terhenti, ia menatap Min Ah terus-terusan. Gadis itu tampak begitu asik berceloteh dengan pria di depannya, sesekali tertawa kemudian melakukan gesture yang biasanya hanya ia lakukan saat bersama Kyungsoo.

“Kyungsoo-ssi?” Chorong menepuk pelan lengan Kyungsoo.

“O? Ah..ne..maaf maaf.” Kyungsoo mengangguk meminta maaf dan tampak sedikit gelagapan.

Melihat Min Ah seperti itu dengan orang lain, kenapa rasanya tidak senang? Do Kyungsoo mendadak egois. Tawa itu… Tatapan itu, selama ini hanya selalu tertuju padanya. Dan sekarang, melihat orang lain menerima hal yang sama dari Min Ah. Entahlah…Rasanya tidak tenang.

Kyungsoo berdeham, ia bahkan tak menyadari kalau Chorong ternyata sudah memesankan minumannya. Ekor matanya masih mengawasi Min Ah. Oh baiklah, sebelumnya Min Ah memang sudah banyak berhubungan dengan banyak pria, tapi Kyungsoo tak pernah ambil pusing. Tapi kali ini rasanya berbeda.

Ini menyebalkan, sungguh. Dan rahang Kyungsoo nyaris jatuh saat Chorong mengajaknya duduk di tempat yang bersebelahan persis dengan Min Ah.

“Kyungsoo-ya! Whoa kau juga disini? Waaa…kebetulan sekali.”

Seperti yang ia duga, Min Ah langsung memanggilnya begitu antusias dan Kyungsoo hanya meringis. Di saat itu juga ia akhirnya tau siapa pria yang bersama Min Ah kali ini.

Kim Myungsoo. Seorang senior yang dipuja-puja Min Ah saat masih sekolah dulu karena ia seorang vokalis Band.

“Ayo gabung disini saja! Eh ini Park Chorong-ssi ya? A bangapseumnida, Bang Min Ah imnida!” begitu heboh Min Ah memperkenalkan dirinya sambil menggeser posisi duduknya memberikan ruang untuk Chorong yang tersenyum sopan padanya.

Kyungsoo melirik Myungsoo yang tertawa-tawa melihat Min Ah sembari menghela nafas panjang kemudian duduk di samping Seniornya itu.

“Kyungsoo-ya, ini Kim Myungsoo Sunbaenim. Kau tentu masih ingat dia kan?” kembali suara Min Ah yang terdengar, Myungsoo dan Kyungsoo saling menatap, bertukar senyum seadanya kemudian saling mengangguk.

“Akhirnya aku bisa bertemu Min Ah-ssi juga, benar kata Kyungsoo-ssi ya…kau memang penuh semangat.” Chorong membuka obrolan.

“Kyungsoo tidak cerita aneh-aneh kan?” tanya Min Ah sambil melirik Kyungsoo dan Chorong hanya menggeleng geli.

“Aku iri dengan persahabatan kalian.” tiba-tiba Myungsoo angkat bicara, tatapannya mengarah hangat pada Min Ah dan Kyungsoo bergantian.

“Dia sudah seperti saudara.” Kyungsoo menyahut singkat dengan senyum miring.

“Hmm, sekarang aku jadi tenang.” kembali Myungsoo berucap dan membuat tiga pasang mata lainnya mengarah bingung padanya.

“Kyungsoo sudah punya pacar, dan ternyata pacarnya bukan Min Ah.” sambung si tampan bermata kecil ini dan sontak membuat Min Ah juga Kyungsoo tersedak bersamaan.

“Berarti setelah ini, aku boleh mengajak Min Ah kencan kan?”

Fin.

Hari Minggu

“Kyungsoo-ya! Kyungsoo-ya! Kesini palliwaaa!” seru Min Ah dari halaman belakang rumah Do Kyungsoo. Sejak tadi gadis itu sibuk berkasak kusuk dengan selimut dan bed cover yang sudah ia cuci dan hendak dijemurnya.

“Mwonde?” Kyungsoo menyipitkan mata lebarnya dari ambang pintu, kemudian setengah berlari menghampiri Min Ah yang heboh sendiri dengan jemuran di depannya.

“Bantu aku, ini ugh…berat.” kata Min Ah yang terhuyung mengangkat gulungan selimut setengah kering dari dalam baskom. Kyungsoo mengernyit kemudian segera membantu sahabat cantiknya itu memeras si selimut sebelum menjemurnya.

“Kenapa cuci sendiri sih? Kan bisa diantar ke binatu?” gerutu Kyungsoo dengan bibir yang tak terlalu terbuka.

“Mana boleh, ini kan…nodanya gara-gara aku.” Min Ah membahas sumbang, tak mungkin mengantar selimut dan bed cover yang terkena noda ‘darahnya’ ke binatu. Tidak sopan namanya.

“Itu ya?” Kyungsoo mengangkat alisnya paham dan Min Ah mengangguk cemberut. Si Do terkekeh sendiri kemudian menggelengkan kepalanya.

“Cha Kyungsoo-ya, ayo kita jemur. Kau angkat dari ujung sana arro?” titah Min Ah penuh percaya diri sementara Kyungsoo hanya mengangguk singkat. Begitu Bang Min Ah menghitung sampai tiga, ia mengangkat si selimut namun sialnya terlalu tinggi dan benda itu justru mendarat di kepala Kyungsoo begitu saja.

“Ya ya ya! Kenapa malah–o? Kyungsoo kau dimana? Kyungsoo-ya?!” celoteh Min Ah yang kemudian justru menoleh bingung karena sosok yang hendak ia omeli mendadak hilang dari pandangannya.

“Aku sudah angkat kenapa kau diam saja Bang Min Ah?” Kyungsoo akhirnya muncul kembali, tangannya menarik selimut yang menutupi kepalanya kemudian menatap Min Ah kesal.

“Eh? Itu.. Ya ampun miaaaan.” pekik Min Ah kemudian berlari menghampiri Kyungsoo yang rambutnya sedikit basah terkena rembesan air dari selimut. Si Cantik Berisik itu mengusap seadanya rambut Kyungsoo sambil terkikik geli kemudian menepuk pipi Kyungsoo tanpa menghentikan tawanya, sementara Kyungsoo masih mempertahankan mimik kesalnya yang justru membuatnya tampak semakin menggelikan di mata Min Ah.

“Kau sengaja ya?” tanya Kyungsoo dingin dengan lirikan tajam mengarah pada Min Ah saat keduanya sudah kembali menjemur selimut dan Bed Cover dengan benar.

“Mwoga?” Min Ah menolah dengan kening berkerut. Kyungsoo tak lagi menjawab, ia merunduk mengambil baskom di dekat kakinya dengan sisa air cucian di dalamnya. Begitu benda plastik itu sudah berada di tangannya, Kyungsoo menyeringai dan Min Ah mengerti apa yang hendak di lakukan sahabatnya ini.

“Y-ya, kau mau apa? Do Kyungsoo jangan aneh-aneh ya, aku sudah mandi.” Min Ah menggeleng dan tampak terancam seraya bergerak mundur menjauhi Kyungsoo.

Kyungsoo hanya mengangkat sebelah alisnya kemudian mengayun baskom di tangannya bersiap menyiram Min Ah dengan isinya. Min Ah melotot, gadis itu kemudian berlari heboh mengitari jemuran dengan Kyungsoo yang mengejarnya di belakang.

“Do Kyungsoo kalau kau berani menyiram–”

Splassh!!

“Satu sama Bang Min Ah.”

Kyungsoo menggedikkan bahunya sambil menimang baskom di tangannya kemudian mencibir kearah Min Ah yang basah.

“Do Kyungsoo neon cheongmaaaal!!” geram Min Ah murka kemudian melepas sebelah sendalnya dan melemparnya tanpa perhitungan namun sialnya meleset. Tawa Kyungsoo meledak lepas, ia kemudian berlari menghindari Min Ah yang berbalik mengejarnya dengan sebuah sandal di tangannya.

Dan seperti itulah hari Minggu Kyungsoo bersama Min Ah. Berisik…berisik dan berisik. 

Kyungsoo’s Date Story

“Jadi…bagaimana kencanmu?” tanya Min Ah sambil membantu Kyungsoo menata sarapan di atas meja.

“Jangan tertawa kalau aku cerita.” Kyungsoo melirik Min Ah kemudian duduk di sampingnya, menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai cerita sementara Min Ah hanya mengangguk-angguk siap mendengarkan. Jeda hening sejenak, Min Ah menatap wajah aneh Kyungsoo lalu terkikik geli sendiri.

“Aku belum cerita Bang Min Ah!” kesal Kyungsoo lalu mengangkat kepalan tangan seolah akan memukul Min Ah. Yang dimarahi masih terkikik kemudian mengambil sendok untuk menangkis serangan Kyungsoo.

“Ya sudah cerita, memang kencanmu kenapa sih?” desak Min Ah sambil mengenggol lengan Kyungsoo dengan ujung pundaknya. Kyungsoo melirik sahabat cerewetnya ini lalu menghela nafas.

Flashback.

Sial dia terlambat, Kyungsoo melepas tergesa sabuk pengamannya saat melihat sosok Chorong yang sudah menunggunya di depan kedai kopi yang mereka putuskan menjadi tempat kencan malam ini. Tanpa menyadari keberadaan face pack yang masih tertinggal di wajahnya, ia turun dari mobil dan menatap bingung orang-orang yang terkejut saat melihatnya.

“Chorong-ssi, maaf. Sudah lama menunggu?” tanya Kyungsoo sambil membungkuk beberapa kali dan saat itulah ia baru tersadar kalau ada selembar benda tipis dan dingin masih menempel di wajahnya. Gerakan Kyungsoo terhenti, ia masih membungkuk dan mengumpat pelan. Perlahan tangannya bergerak menarik face pack di wajahnya kemudian kembali menegakkan badan.

Chorong tak berkedip, matanya menatap Kyungsoo antara heran, bingung dan geli. Oh baiklah, sudah tak ada lagi face pack yang menutupi wajah pria itu tapi sekarang yang tampak justru wajah Do Kyungsoo yang memerah padam.

“Kau pasti menganggapku aneh ya Chorong-ssi, setelah cat kuku kemudian…ini.” Kyungsoo meringis kemudian berlari ke tempat sampah yang tak begitu jauh darinya untuk membuang si face pack yang sudah mempermalukannya bahkan sebelum kencan di mulai.

“Aniya, Kyungsoo-ssi memang unik ya.”

“Min Ah yang memintaku memakainya, katanya supaya wajahku lebih segar.”

“Dia yang mengecat kukumu? Kyungsoo-ssi punya adik perempuan?”

“O…, anggaplah begitu. Ayo masuk Chorong-ssi.”

End of flashback

“Bwuahahahahaha.” seperti yang di perkirakan oleh Kyungsoo, Min Ah tertawa. Menertawainya lebih tepatnya. Si Cantik itu tertawa begitu puas hingga menelungkup di meja makan, sementara Kyungsoo hanya menatapnya tak terima.

“Berhenti tertawa.” Kyungsoo memperingatkan namun Min Ah tak kunjung berhenti, ia menunjuk wajah Kyungsoo kemudian tertawa lagi. Kyungsoo berdecak kemudian membekap bibir Min Ah dengan tangannya.

“Ini semua gara-gara kau Bang Min Ah…!” gemas Kyungsoo sambil menekan bekapan tangannya dan membuat kelabakan lalu mencubit kuat hidung Kyungsoo hingga membuat si Do mengerang kesakitan dan melepaskan tangannya.

“Naega waee..? Aku sudah membantumu ya Do Kyungsoo, malah disalahkan. Aahh neon cheongmal…,” bahas Min Ah cepat sambil mengipasi wajahnya begitu heboh menggunakan tangan. Kyungsoo hanya mencibir lalu mencubit pipi Min Ah.

“Mungkin minggu depan aku akan mengajaknya kesini, sekalian berkenalan denganmu.”

Min Ah mengangkat alisnya, tampak mencerna ucapan Kyungsoo sejenak kemudian mengangguk-angguk dan beralih mengambil sumpit serta mangkuk nasinya.

“Yasudah ayo sarapaaan!”

“Heh, jangan berbuat dan berkata yang aneh-aneh saat dia disini nanti, algetjji?”

“Yeess Captain.”

Fin 

Min Ah dan Kencan Kyungsoo

“Aku tidak jadi pesan kimbab deh.” Celoteh Min Ah pada layar ponselnya yang menampilan wajah Kyungsoo. Di seberang sana, Kyungsoo tampak merengut bingung.

 

“Lalu mau dibawakan apa?” tanyanya kemudian. Layar tampak bergoyang karena rupanya Kyungsoo sedang berjalan. Min Ah menggeleng-geleng sebagai jawaban namun tak cukup menjadi jawaban untuk Kyungsoo.

 

“Memangnya kau sudah makan?” tanya Kyungsoo lagi sambil menggedikan dagu, si mata bulat ini bahkan rela melewati tangga hanya supaya bisa lebih lama mengobrol dengan sahabatnya ini. entahlah, seharian tadi ia terus memikirkan Min Ah yang sudah dengan tidak manusiawinya ia tinggalkan sendirian dalam keadaan sakit. Sahabat macam apa ia ini? begitulah Kyungsoo mencibir dirinya sendiri.

 

“Sudah, aku buat bibimbap tadi hehe.” Min Ah menjawab dibarengi cengiran khasnya, sejenak alisnya bertaut melihat penampilan Kyungsoo di layar. Yang benar saja, katanya ia ada kencan malam ini, tapi kenapa penampilannya justru seperti itu?

 

“Ya Do Kyungsoo, berhenti.” Tiba-tiba Si Cantik Bang berseru. Dan di seberang sana, Kyungsoo langsung berhenti di anak tangga kesekian. Ia sudah menerka-nerka sendiri hal aneh apa yang akan dilontarkan Bang Min Ah sebagai permintaan kali ini.

 

“Kau mau kencan kan?” Min Ah mengangkat sebelah alisnya menginterogasi, Kyungsoo mengangguk kaku. “Dasimu lepas, buka dua kancing atas kemejamu, kalau masih banyak waktu…pakai face pack yang pernah kuberikan padamu. Kau selalu bawa kan?” Dan Bang Min Ah memulai instruksi jarak jauhnya atas Do Kyungsoo.

 

“Kenapa harus pakai benda itu?” protes Kyungsoo tak nyaman. Ia melirik tas kerja di tangannya dan yah… masker instan itu memang selalu berada di dalam sana sejak Min Ah pertama kali memasukkannya dan belum pernah ia gunakan hingga sekarang. Saat Kyungsoo memasang wajah nelangsa, di seberang sana Bang Min Ah justru mengepal tangannya mengancam.

 

“Pakai saja Kyungsoo, kau tak lihat wajahmu sekarang? Lesu dan kusut. Mau kencan dengan wajah begitu? Kau akan membuat wanita ketakutan Do Kyungsoo. Sudah lakukan saja!”

Kyungsoo menghela nafas, lalu mengangguk-angguk tanda menyerah dan kembali meneruskan langkah hingga akhirnya ia tiba di parkiran dengan sambungan yang belum terputus juga dengan Min Ah di rumah. Selama perjalanannya menuju mobil, Min Ah terus mengoceh, tentang topik pembicaraan yang harus Kyungsoo bawakan nanti, tentang permen penyegar nafas, parfum dan terakhir…

 

“Pakai face pack-mu Kyungsooooooo! Sambil menyetir juga tak masalah, nanti kalau sudah sampai baru dilepas dan wajahmu akan bersinar seperti Lee Minho neo arreo?” si berisik di layar ponsel Kyungsoo kembali mengingatkan begitu antusias. Dirinya yang sekarang benar-benar berbanding terbalik dengan apa yang dilihat Kyungsoo tadi pagi. Oh baiklah, mungkin ia tak perlu terlalu menyesal meninggalkan Min Ah sendirian tadi. Lihatlah betapa cerewetnya gadis itu sekarang, seperti mainan yang baru diganti baterainya.

 

Kyungsoo membuka pintu mobilnya kemudian melesak masuk dan meletakkan ponsel yang masih menampilkan sosok Bang Min Ah ke penyangga ponsel yang ada di dasbor sementara tangannya mulai memasang sabuk pengaman. Dan seperti yang sudah diperingatkan Min Ah sejak tadi, Kyungsoo setengah ikhlas memasang facepack ke wajahnya.

 

“Nih sudah, puas kau?” si Do berucap tanpa intonasi dengan wajah diposisikan berada pas di depan kamera ponselnya. Dan di layar ponselnya, Min Ah tergelak puas sambil bertepuk tangan.

 

“Baiklah, sekarang kau boleh matikan ponselnya. Semangat Do Kyungsoo!”

 

Kyungsoo menghela nafas panjang kemudian mulai menyalakan mesin mobil dan hanya bisa membungkuk saat salah satu petugas keamanan terkejut melihat wajahnya saat ia menurunkan kaca jendela melewati pos keamanan.

 

…………………………………….

 

Sambungan terputus dan senyum tadi masih menyisa di wajah Min Ah, ia kemudian kembali menghempaskan diri di atas sofa. Tatapan Min Ah menerawang, ia senang Kyungsoo bisa berkencan dengan seorang wanita, dan semoga saja wanita itu bukan tipe sialan yang hanya bisa memanfaatkan, karena Do Kyungsoo adalah tipe baik hati yang bahkan dengan seorang perampokpun ia akan minta maaf. Tapi tunggu, ada secuil perasaan tidak suka mendadak mencuat dan itu membuat senyum Min Ah sirna. Iya, ini perasaan tidak senang, tadinya mungkin hanya setitik namun lama kelamaan semakin besar dan lumayan membuat sesak. Tapi rupanya Min Ah sendiri tak paham betul dengan perasaan tadi, dipikirnya ia merasa demikian hanya karena takut Kyungsoo akan mengalami hal sebelumnya dan ia tak mau sahabatnya terus saja disia-siakan.

 

 

Mungkin Bang Min Ah masih tak sadar, kalau perasaan tadi itu adalah…

 

 

Cemburu.

 

 

 

Malam semakin larut dan Bang Min Ah masih betah menunggu Kyungsoo di ruang tengah. Terkadang ia bersila di atas sofa, kemudian berbaring telentang dan bangun lagi untuk duduk. Hal itu terus ia lakukan berulang-ulang hingga akhirnya terdengar suara pintu dibuka dari depan dan suara langkah Kyungsoo seolah menjadi magnet atas sudut-sudut bibirnya untuk membuat sebuah senyuman.

 

 

“Kenapa belum tidur Min Ah-ya?” tanya Kyungsoo begitu ia memasuki ruang tengah kemudian duduk tenang di samping Min Ah melepas penat.

 

“Menunggumu.” Jawab Min Ah sambil menggosok-gosok mata merahnya kemudian menguap. Kyungsoo mengernyit kemudian mencubit pelan pipi Min Ah.

 

“Buat apa menungguku?”

 

“Buat cerita tentang kencanmu.”

 

“Ya Tuhan Bang Min Ah, kita tinggal satu rumah, besok juga bertemu. Kenapa harus menungguku hanya untuk bercerita? Sudah tidur sana, mukamu kacau.”

 

 

“Aku mau dengar sekarang Kyungsoo.”

 

“Besok saja, sudah tidur sana.”

 

“Kyungsoo-ya~”

 

“Bang Min Ah.”

 

Kali ini Min Ah yang kalah, Kyungsoo menatapnya lekat tanpa berkedip dengan mata bulatnya itu. Nona Bang ini mengerucutkan bibir kemudian melepaskan bantal sofa yang sejak tadi ia dekap kemudian beranjak dari duduknya. Kyungsoo sedikit mendongak lalu tersenyum hangat dan ikut berdiri.

 

“Tidurlah, besok aku ceritakan.” Diacaknya pelan rambut Min Ah sebelum berlalu meninggalkan sahabatnya itu ke kamarnya. Bukannya langsung masuk ke kamarnya, Min Ah masih mematung di tempatnya berdiri tadi sementara Kyungsoo sudah memasuki kamarnya. Ia mengerjap cepat beberapa kali, kemudia kedua tangannya terangkat meraba pipinya. Kenapa hangat? Kenapa dadanya bergemuruh? Ia bahkan sudah terlalu sering mendapat perlakuan seperti tadi dari Kyungsoo. Tapi kenapa kali ini efeknya mendadak lain?

 

 

“Kenapa masih disitu? Tidur Min Ah-ya.”

 

“Y-yesseu…captain.”

 

 

Fin