Si telinga lebar tampan ini tersenyum puas begitu mendengar melodi baru yang sebenarnya hanya ia buat iseng tadi dengan gitar kebanggaannya. Park Chanyeol kemudian memainkannya ulang untuk direkam menggunakan ponsel, niatnya untuk diperdengarkan pada sosok yang selalu menjadi tujuan utama jika sudah berurusan dengan musik.
“Hey dad! Dengarkan ini, kukira kau bisa tambahkan rapp–” ucapnya menggebu-gebu sambil berlari ke luar kamar membawa ponselnya namun terhenti begitu saja di ambang pintu.
Orang itu, yang barusan ia panggil, sudah tak berada disini lagi. Dan Chanyeol benar-benar lupa. Si jangkung itu kemudian tertawa hampa dan menyandar di depan pintu kamarnya. Ia masih terkekeh dan matanya mulai memerah, tangannya meremas kuat ponsel yang ia genggam. Di saat bersamaan, si bungsu Oh Sehun melintas sambil membawa topeng Spidermannya yang tadi sempat diculik oleh abang nakal Kim Jongdae.
“Hyung, papa kan belum pulang.” bibir mungil itu berucap luwes tanpa beban. Chanyeol tersenyum samar ketika mendengar ‘belum’ yang dilontarkan Sehun. Adiknya ini masih yakin kalau suatu hari nanti sang ayah akan pulang, kembali bersama mereka.
“Iya, Hyung lupa,” jawab Chanyeol dengan suara bergetar namun bibirnya masih tetap berusaha menyunggingkan senyum. Ia merunduk lalu mengusap sekilas puncak kepala Sehun dan kembali masuk ke kamar.
Pintu ditutup rapat dan dikunci. Chanyeol menyandar lemas di permukaan pintu lalu terkekeh, terdengar hampa dan memilukan. Untuk beberapa saat ia terus saja begitu, hingga lambat laun kekehan itu berganti menjadi isakan yang tersendat.
Fin
Matcharatte 